Sabtu, 13 Februari 2010

Laporan ST season 2

TARI KECAK dan SANGHYANG
TARI KECAK
Setelah dari Tanah Lot kami pun sempat mampir di Joger untuk berbelanja. Setelah dari Joger kami langsung menuju tempat pertunjukan Tai Kecak dan Sanghyang.
Tari Kecaka adalah tari Bali yang unik. Kecak tidak diiringi dengan alat musik/gamelan apapu, tetapi ia diiringi dengan paduan suara sekitar 100 orang pria. Ia berasal dari jenis tari Saklar ”Sanghyang”. Pada tari Sanghyang seseorang yang sedang kemasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan. Denagn menggunakan si penari sebagai media penghubung para Dewa atau Leluhur dapat menyampaikan sabdanya. Pada tahun 1930-an mulialah disisipkan cerita Epos Ramayana kedalam tari tersabut. Secara singkat ceritanya adalah sebagi berikut:
Karana akal jahat Dewi Keyayi (ibu tiri) Sri Rama, Putra Mahkota yang syah dari kerajaan Ayodya, diasingkan dari istana ayahandanya Sang Rabu Dasarata. Dengan ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang setia Sri Rama pergi ke hutan Dandaka. Pada saat mereka berada dihutan, mereka diketahui oleh Prabu Dasamuka (Rahwana) seorang raja yang lalim, dan Rahwanapun terpikat oleh kecantikan Dewi Sita. Ia lalu membuat upaya untuk menculik Sita, dan ia dibantu oleh patihnya, Marica. Denagn kesaktiannya raksasa Marica menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan lincah. Dengan demikian maka merakapun berhasil memisahkan Sita dari rama dan Laksaman. Rahwana menggunakan kesempatan iniuntuk menculik Dewi Sita dan membawanya ke Alengka Pura. Dengan mengadakan tiupan ini maka Rama dan Laksaman berusaha menolong Sita dari cengkraman raya yang kejam itu. Atas bantuan bala tentara kera dibawah panglima Sugriwa maka mereka berhasil mengalahkan bala raksana Rahwana yang dipimpin oleh Megana, putranya sendiri. Akhirnya Rama berhasil merebut kembali istrinya dengan selamat.
TARI SANGHYANG DEDARI
Tari Sanghyang Dedari muncul dari adanya fungsi religius. Untuk tetap menjaga keamanan dan kemakmuran desa. Tari ini dipertunjukan untuk mengusir rah-roh jahat, yang mengganggu penduduk desa, dalam wujud wabah atau kematian.
Dijelaskan bahwa Sanghyang Dedari, adalah tarian ritual dengan kepercayaan bahwa ada saat-saat tertentu turut menemui umatnya dan ia memasuki tubuh si penari. Sanghyang adalah sebutan yang berati ”Suci”.
Dedari artinya malaikat. Tari ini dipentaskan oleh dua orang gadis mungil dibawah umur, karena keperawanan berarti kesucian. Tri Sang Hyang dimana para penarinya kesurupan sebelum menari, dipentas dipura dan diiringi dengan iringan-iringan menuju tempat yang ditentukan. Diiringi tembang kidung suara pria dan wanita, para penari mulai melirik-lirik bebas seperti gemulai tarian legong. Sangat ajaib, bahwa gerak mereka selalu sama, walaupun mereka menari dengan mata tertutup selama pertunjukan. Begitu kidung terhenti, gadis cilik tersebut terhempas dan kemudian segera digotong dan segera dibebaskan dari pengaruh kesyrypan oleh pemangku, setelah memercik mereka dengan air suci.
TARI SANGHYANG JARAN
Ditarikan oleh seorang laki-laki kesurupan, yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seorang kuda. Ia menari diatas bara api yang terbuat dari sabut kelapa. Jika kidung Sanghyang menuntunkannya ke api, maka iapun akan menari di atas api.
Setelah pertunjukan ini selesai, kamipun langsung menuju ke hotel untuk cek in. Ini kali pertamanya kami menginjakkan kaki di hotel selama perjalanan. Di hotel adalah saatnya kami untuk memanjakan diri sejenak. Dimana kami bisa membaringkan badan yang lelah di atas kasur yang empuk.
KARANG KURNIA
Kini malam pun berganti pagi. Saat kami untuk melanjutkan perjalanan yaitu ketempat-tempat wisata yang ingin kami kunjungi. Untuk mengawali perjalanan hari ini kami pergi ke Karang Kurnia. Karang Kurnia adalah pasar grosir yang menjual berbagai macam barang dengan harga pas. Di tempat ini para guru dan muruid berbelanja denagn sepuas hati dengan diberi waktu selama satu jam.
Begitu terburu-burunya kami. Sampai-sampai ada salah satu cerita yang lucu sekali tetapi mengharukan. Karena sangking asyiknya berbelanja salah satu guru kami kehilangan dompetnya. Sampai-sampai ia bingung bagaimana cara membayar belanjaan yang telah susah payah ia pilih untuk dijadikan oleh-oleh untuk sanak saudara yang berada di rumah. Untungnya disana ada salah satu guru kami yang bersedia untuk membantunya. Dengan senang hati ia meminjamkan uang untuk membayar belanjaannya. Akhirnya perasaan guru kami yang kehilangan dompetnya mulai merasa tenang, walaupun dalam hati ia masih tertekan.
PASAR SUKOWATI
Setelah kami meninggalakan Karang Kurnia kami sempat mengunjungi Kintamani (Bed Cover). Dari Kintamani pun kami langsung menuju Pasar Sukowati. Pasar Sukowati adalah pasar tradisional yang terdapat di Bali. Disini kami dapat melakun tawar-menawar dengan sesuka hati. Haraga barang-barang di pasar ini relatif lebih murah dibandingkan di tempat-tempat yang lain. Akan tetapi di pasar ini ada kebiasaan yang tidak mengenakkan. Dimana pedagang akan marah bila pembeli sudah menawar tidak menjadi beli yang sudah ditawar. Sungguh aneh. Seharusnya pedagang tidak melakukan hal seperti itu, karena pembeli itu adalah raja.
TANJUNG BENOA
Setelah kami beranjak dari Pasar Sukowati, kami menuju Tanjung Benoa. Tanjung Benoa adalah pantai yang pertamakali kami kunjungi di Bali. Pantainya sungguh indah. Di pantai ini ada berbagai macam permainan yang disediakan antara lain banana boat, parraseling, skiy boat, menyeberang Pulau Penyu dan masih banyak yang lainnya. Salah satu permainan yang kami pilih adalah menyeberang Pulau Penyu.


GARUDA WISNU KENCANA
Kami pun beranjak dari Tanjung Benoa menuju Garuda Wisnu Kencana. Garuda Wisnu Kencana sama seperti Tanah Lot, yaitu salah satu tempat yang dianggap suci bagi masyarakat sekitar Bali. Mengapa Garuda Wisnu Kencana dianggap suci? Karena di dalam Garuda Wisnu Kencana terdapat air yang mengalir yang dipercaya airnya sangat mujarab untuk menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Maka dari itu bagi wanita yang sedang mensturasi dan menyusui anak tidak diperkenan untuk masuk ke arena yang dianggap suci.


PANTAI KUTA
Untuk menutup hari ini, kami menuju Pantai Kuta untuk melihat Sunset yang ada di sana. Tapi cuaca sedang tidak mendukung, sesampainya kami disana kami disambut dengan sedikit mendung dan perlahan hujan turun walau hanya gerimis. Selain itu keadaan Pantai Kuta sedang tidak bagus. Banyak bangkai-bangkai ikan yang berserakkan di sekitar pinggir pantai yang menimbulkan bau yang tidak sedap dan sedikit merusak pemandangan.
Tapi dengan keadaan seperti itu tidak mengurangi minat para pengunjung untuk mengunjungi Pantai Kuta. Hari itu Pantai Kuta begitu ramai sekali. Sampai-sampai saat kami ingin pulang kami harus menunggu mobil yang akan mengangkut kami denagn waktu yang lama. Karena kami dikejar-kejar dengan waktu, jadi tidak mungkin kalo kami akan menunggu mobil sampai kosong. Terpaksa kami harus berjejal-jejalan untuk naik mobil. Sampai-sampai kapasitas mobil telah melampaui batas. Pada saat-saat ini lah tanagn-tangan usil beraksi. Dua teman kami mengalami kehilangan barang berharganya pada saat bersesak-sesakan ini. Sungguh malang sekali nasib mereka.


SANGGEH
Hari ini kami harus cek out dari hotel, karena kami akan menuju Yogya. Sebelum ke Yogya kami sempat mampir ke Sanggeh. Sanggeh adalah hutan yang berisi monyet-monyet yang sudah jinak. Disana kami tidak boleh menggonakan barang-barang yang menarik perhatian si monyet. Sini perempuan yang sedang mentsturasi juga tidak diperkenan untuk masuk. Karena disini juga ada bangunan yang dianggap suci.
Sayang sekali disini akmi tidak bisa mengabadikan foto-foto. Karena takut mengundang perhatian si monyet.
BEDUGUL
Tempat wisata yang terakhir kami kunjungi di Bali adalah Bedugul. Pemandangannya sungguh indah sekali, udaranya sejuk sekali. Dari semua tempata yang kami kunjugi, tempat yang paling berkesan adalah Bedugul ini. Karena disana sungguh nyaman sekali. Perasaan kagum tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Tapi, jalan menuju Bedugul sungguh heboh. Jalan berkolok-kelok dengan tikungan yang sangat tajam sekali.
Sangat tidak beruntung sekali kami pada saat itu. Saat kami ingin meninggalkan Bedugul langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi gelap dan air hujan pun turun perlahan-lahan. Jalan yang menikung tajam ditambah licin membuat kami was-was malalui tikungan itu satu persatu.


YOGYAKARTA
KRATON
Kami pun meninggalkan Pulau Dewata dan Menuju Yogya. Di Yogya tempat yang kami tuju adalah Pusat Batik, Pusat Oleh-Oleh, Kraton, dan Malioboro. Di Kraton kami diberi tahu bagai mana adat-istiadat keluarga Kraton. Sayangnya saat sang gait menerangkan hal itu kami tidak mendengarkan semuanya dengan seutuhnya karena pengeras suaranya tidak dapat mengalahkan suara pengunjung yang ramai.

BANDUNG

BANDUNG
Ketika tiba di Bandung waktu sudah cukup malam. Sehingga waktu yang teburu-buru itu tidak di sambut dengan baik. Selain sudah malam cuaca juga tidak mendukung hujan turun dengan begitu derasnya. Sehingga kami di Bandung tidak bisa melakukan apa-apa. Kami hanya mumpang lewat saja disana.



TAMAT..

1 Comment:

Ulima Mazaya Ghaisani said...

kurang KERJAAN!!!!
LAPORAN kok dipasang

mana puisi2nya ndok?