Sabtu, 13 Februari 2010

Laporan ST

MAGELANG

AKADEMI MILITER
(AKMIL)

Setibanya kami di pulau Jawa kami langsung menuju Magelang. Tujuan wisata kami di Megelang adalah Museum Abdul Djalil. Museun Abdul Djalil merupakan museum milik Angkatan Militer (AKMIL). Museum tersebut merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Didalam museum itu banyak sekali pealatan-peralatan yang dipergunakan oleh Angkatan Militer untuk melindungi Indonesia. Mulai dari pakian yang dikenakan hingga senjata-senjata yang digunakan terdapt disana semua.
Selain Museum ternyata di daerah yang sama terdapat komplek Angkatan Militer disana adalah tempat tinggal para anggota angkatan militer yang sedang mengenyam pendidikan angkatan militer. Komplek itu juga merupakn peninggalan Belanda. Di area komplek itu terdapat kolam renang, lapangan latihan, dan ruangan setiap mata pelajaran berbeda-beda letaknya. Komplek itu begitu luas. Tempatnya begitu sejuk karena disana banyak terdapat pepohonan-pepohonan yang rindang.
Meskipun bangunannya terlihat sudah tua sekali tetapi keadaan itu tidak mengurangi keindahan komplek itu. Komplek itu begitu bersih dan nyaman sekali tak terlihatan sampah-sampah yang berserakan.


BOROBUDUR

1. Lokasi Candi Borobudur
Setelah dari AKMIL perjalanan pun dilanjutka ke tempat wisata yang merupakan salah satu keajaiban dunia yang merupakan warisan budaya dunia nomor 592 keajaiban dunia yaitu Cadi Borobudur. Candi Borobudur didirikan diatas sebuah bukit pada ketinggian 265,40 m diatas permukaan laut auat berada kurang lebih 15 m diatas daratan disekitarnya.
Candi Borobudur terletak di desa Borrobudu, kecamatan Borobudu,kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, kurang lebih 41 km dari Yogyakarta, kurang lebih 80 km dari kota Semarang ibu kota jawa Tengah. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh pegunungan Menoreh disisi selatan, Gunung Merapi (2411 m) dan Gunung Merbabu (3142 m) disisi timur, serta Gunung Sumbing (2271 m) dan Gunung Sindoro (3135 m) disisi barat laut. Disebelah timur Candi Borobudur juga terdapat sungai Progo dan Sungai Elo.
Lokasi yang demikian mirip sekali dengan Pegoda Angkor di Kamboja, yang sama-sama merupakan tempat suci bagi umat Budha.

2. Fungsi Candi Borobudur
Fungsi Candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu :
1. Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba.
Relik tersebut antara lain benda suci, pakaian, tulang atau abu dari budha, arwah para
biksu yang tersohor atau terkemuka.
2. Tempat sembahyang atau beribadat umat Budha.
3. Merupakan lambang suci bagi uamt budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama budha
dan mengandung rasa rendah hati yang didasari penciptanya sedalam-dalamnya.
4. Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.

3. Arti atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna Candi Borobudur secara filosofis adalah merupakan lambang dari alam semesta atau dunia cosmos. Menurut ajaran Budha, alam semesta di bagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa sangsekerta, ketiga bahasa itu meliputi:
1. Unsur nafsu, hasrat, atau Kamadhatu.
2. Unsur wujud, rupa, bentuk atau rupadhatu.
3. Unsur tak berwujud, tanpa rupa, tak berbentuk, atau Arupadhatu.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
1. Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas kurang lebih 7,8 ha pada ketinggian 265.40 m diatas permukaan laut atau berada kurang lebih 15m diatas bukit sekitarnya. Untuk menyesuaikan dengan profil candi yang akan dibangun, bukit diurug dengan ketebalan pervariasi antara 0,5 m – 8,50 m. Bentang candi yang diurug dari dinding yang terluar adalah 121,70m x 121,40m dengan tinggi bangunan yantg mesih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2 & 3 tersusun dari batuandesit dengan sistem dry masonry (tanpa perekat) diperkirakan mencapai 55.000 m3 atau 2.000.000 blok batu. Untuk memperkuat konstruksi dipergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah horizontal, sedang untuk arah vertikal denagn sistem getakan.
Pada masing-masing tingkat dan setiap penjuru mata angin terdapat pintu gerbang atau tangga. Pintu utama ada disebelah timur. Bentuk arsitektur Candi Borobudur yang sekarang, diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar. Pentahapan yang diperkirakan Dumarcay diakibatkan candi mengalami beberapa kali kelongsoran sehingga harua mengulang pekerjaan pembangunan.
Menurut HEONIG yang dikutip oleh Bernet Kempers, rancangan semula dari candi borobudur adalah candi yang mempunyai 4 pintu diatas suatu undag-undag 9 tingkat, bentuk ini banyak ditemui di Kamboja.
Menurut H. PARMANTIER yang dikutip Bernet Kempers (1970:104) menyebutkan bahwa pada rencana semula Candi Borobudur akam mempunyai stupa yang sangat besar sekali, yang diletakkan pada bagian yang sekarang ditempati banyak stupa. Perkiraan ini dapat dilihat dari sia susunan batu pada tangga dinding teras kurang lebih sisi barat dan utara yang akan merupakan dasar dari sebuah stupa besar dengan diameter 51 m (dapat dibayangkan sebagai gambaran dasar stupa pusat yang sekarang ada adalah 16,15 m dan tinggi yang tersisa 12,78 m).
Sedangkan menurut Sutterheim dalam bukunya ”Tjandi Borobudur, Naam Vorm en Beteekens”, 1929 yang dikutip Purnama Atmadi menyebutkan hasil perubahannya, bentuknya sesuai keterangan dalam buku kitab Jawa Kuno ”Sang Hyang Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama budha, dikatakan bahwa bangunan Candi Borobudur adalah ”Stupa Prasada” suatu bangunan gabungan dari stupa pada bagian atas dan piramida yang mempunyai undag-undag. Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dimana pembagian ini dapat pula menyatakan perbedaan dari :
1. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu.
2. Dunia wujud, rupa, bentuk yang disebut Rupadhatu.
3. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa disebut Arupadhatu.
Dengan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menurut sutterhiem bentuk semula yang dipunyai Candi Borobudur adalah sama denagn bentuk ysng dipunyai sekarang.
Menurut W.O.J.Nieuwenkamp yang dikutip Ph. Soebroto beranggapan bahwa bentuk Candi Boprobudur pada dasarnya merupakan bentuk bunga Padma (Lotus). Maka apa yang tergambar pada tingkatan Kamadhatu dan Rupadhatu dapat disamakan dengan kelopak-kelopak daun bunagnya, sedang tingkat Arupadatu tempat stupa itu berda dianggap sama dengan petik sarinya.
Lotus adalah tepat kelahiran Budha, sehingga bentuk stupa dapat dimaknai, stupa bagian bawah tempat bersemayam Budha, sedangkan stupa bagian atas menggambarkan Budha itu sendiri. Dengan kata lain bentuk stupa secara utuh menggambarkan Budha yang duduk diatas kelopak-kelopak daun bunga lotus (W.Onieuwenkampt, 1931).
Dari uraian telaah diatas yang didasarkan pada tehnik bangunan dan filosofis dapat disimpulkan bahwa pada awalnya bentuk Candi Borobudur mendekati sepeti yang dipikirkan oleh H. Parmentier, namun karena kesulitan tehnik yang tidak dapat dihindari maka ada perubahan konsep. Demikian juga hipotenusa penutup relief Karmawibangga (dasar kaki candi) dengan konstruksi dinding undag dan selaras sejumlah 12.750 m3 lebih didasarkan pada alasan tehnik, untuk memperkuat/ menahan beban batu ditingkat atasnya.

Dari aspek seni banguanan ada 2 bentuk seni arsitektur yang dipadikan yaitu :
1. Hindu Jawa Kuno
Yaitu adanya Punden berundak, relief maupun Budha yang sedang bermeditasi.
2. India
Yaitu adanya stupa, Budha dan lantai yang dundar.

2. Susunan Bangunan
Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan diaman orang bisa masuk, melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri. Sebagai sebuah bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat dan puncak. Pembagian menjadi tiga tersebut sesuai benar dengan tiga lambang atau tingkat dalam susunan ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu yang masing-masing mempunyai pengertian.

Kamadhatu
Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat/nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat/nafsu dan bahkan dikuasai oleh hasrat dan kemauan atau nafsu. Dalam dunia ini digambarkan pada relief yang terdapat di kaki candi asli dimana relief tersebut menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah yang mengggambarkan ajaran sebab akibat, serta perbuatan yang baik dan jahat.
Deretan relief ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup aleh dasar candi yang lebar. Hanya disisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.

Rupadhatu
Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk, wujud. Dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu tapi masih terikat pada nama dan rup, wujud, bentuk. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur sangkar.


Arupadhatu
Sama dengan alan atas atau dunia tanpa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana. Pada tingkatan ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada teras bundar I, II, dan III beserta setupa induknya.
Uraian bangunan secara teknis dapatlah dirinci sebagai berikut :
• Lebar dasar Candi Borobudur : 123 m (lebar = panjang, karena
bujursangkar)
• Tinggi bangunan : 35,4 m setelah restorasi
: 42 m sebelum restorasi
• Jumlah batu : 55.000 m3 (2.000.000 blok batu)
• Jumlah stupa : 1 stupa induk
: 72 stupa berterawang
• Stupa induk dengan garis tengah : 9.9 m
• Tinggi stupa sampai bagian bawah : 7 m
• Jumlah bidang relief : 1.460 bidang (+/- 2,5 – 3 km)
• Jumlah patung Budha : 504 buah
• Tinggi patung Budha : 1,5 m

3. Patung Budha
Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief cerita dan relief hias, tetapi juga patung0patung yang sangat tinggi nilainya. Namun tidak semua patung dalam keadan utuh, banyak yang tanpa kepala atau tangan (300 buah) dan 43 hilang. Hal ini disebabkan oleh bencana alam dan tangan jahil atau pencurian sebelum candi Borobudur diadaka renovasi (sebelum tahun 1973).
Patung-patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada bagian Ruphadatu dan Aruphadatu. Patung0patung Budha di candi borobudur berjumlah 504 buah yang ditempatkan di relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar langkan dan pada teras bundar (Arupadhatu).
Patung budha ditingkatkan Rupadhatu ditempatkan dalam relief yang tersusun berjajar pada sisi luar pagar langkan. Sedangkan patung-patung ditingkat Arupadhatu ditempatkan dalam susunan patung selengkapnya adalah:
ditingkat Rupadhatu :
• Langkah Pertama : 104 Patung Budha
• Langkah Kedua : 10 Patung Budha
• Langkah Ketiga : 88 Patung Budha
• Langkah Keempat : 72 Patung Budha
• Langkah Kelima : 64 Patung Budha
Jumlah Seluruhnya : 432 Patung Budha

Tingkat Arupadhatu
• Teras Bundar Pertama : 32 Patung Budha
• Teras Bundar Kedua : 24 Patung Budha
• Teras Bundar Ketiga : 16 Patung Budha
Jumlah Seluruhnya : 72 Patung Budha
Apabila kita melihat sekilas patung budha itu nampak serupa semuanya, tatepi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau yang disebut mudra yang merupakan khas untuk setiap patung.
Sikap kedua belah tangan budha atau mudra dalam bahasa sangsekerta, memiliki arti perlambangan yang khas. Ada 6 jenis yang bermakna sedalam-dalamnya. Namun demikian karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah bagian Rupadhatu (lingkar V) maupun di bagian Arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5.
Kelima mudra itu adalah :
a. Bhumisparca – Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh tanah. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan jari-jarinya menunjuk kebawah.
Sikap tangan ini melambangkan saat sang budha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika ia mengkis serangan iblis mara. Mudra ini adalah kahs bagi Dhyani Budha Aksobhya yang bersemayam di timur.
Patung ini menghadap ke timur langkan I – IV mudra ini tanda khusus bagi Dhyani Budha Aksobhya sebagai penguasa timur.

b. Abhaya Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menenangkan dan menyatakan ”jangan khawatir”. Tanagn kiri terbuka dam menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan diangkat sedikit diatas lutut kanan dengan telapak tangan menghadap kemuka.
Pating ini menghadap ke utara langkan I – IV dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amogasidha yang berkuasa di utara.

c. Dhyani Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap samadi. Kedua tangan diletakkan dipangkuan, yang kanan diatas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu. Patung ini menghadap ke barat di langkan I – IV dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amitabha yang menjadi penguasa daerah barat.

D. Wara Mudra
Mudra ini melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini nampak serupa dengan Bhumisparca – Mudra tetapi telapak tangan yang kanan menghadap keatas sedangkan jari-jarinya terletak dilutut kanan. Dengan mudra ini dapat dikenali Dhyani Budha Sambawa yang beertahta di selatan. Letak patung ini di langkan I – IV menghadap ke selatan.

e. Dharmacakra Mudra
Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan dinagkat sampai ke depan dada, yang kiri di bawah yang kanan. Tangan dikiri itu menghadap ke atas, dengan jari manisnya. Sikap tangan demikian memang serupa benar dengan gerak memutar sebuah roda.
Mudra ini menjdi ciri khas bagi Dhyani Budha Wairocana yang daerah kekuasaannya terletak dipusat.
Khusus di Candi Borobudur, Wairocana ini juga digambarkan dengan sikap tangan yang disebut Witarka Mudra atau sikap tangan sedang menguraikan sesuatu, tangan kiri terbuka diatas pangkuan, dan tangan kanan sedikit terangkat diats lutut kanan dengan telapaknya menghadap kemuka dan jari telunjuknya menyentuh ibu jari. Patung ini terletak di relung langkap V dan diters Budha I, II, III.
Disamping patung Budha yang berjumlah 504 buah masih ada satu patung Budha yang menghebohkan. Konon menurut cerita, Hartman pada tahun 1842 berkunjung ke candi Borobudur dan menemukan sebuah patung didalm stupa induk. Cerita itu kemudian menyebar dari mulut kemulut sampai akhirnya dimasukkan kedalam laporan tertulis tahun 1953.
Namun Hartman sendiri tidak pernah menulis sesuatu tentang laporan tentang kegiatannya di cndi Borobudur. Oleh Van Erp patung itu sengaja tidak dikemabalikan ketempat ia menemukan, oleh karena tidaka da bukti yang meyakinkan mengenai tempat asal yang sebenarnya. Patung itu kemudian diletakkan dibawah pohin kenari bisebelah barat laut candi. Patung tersebut ternyata banyak kekurangannya, raut mukanya jelek sekali, lengan yang satunya lebih pendek dari lengan yang lain, jari tangannya tidak lengkap dan lipatan jubahnya tidak halus pahatannya. Patung itu rupanya belum selesai pembuatannya.
Kini patung tersebut disimpan di museum Karmawibangga Candi Borobudur setelah pemugaran candi Borobudur yang ke-2.
Disamping patung Budha, dari setiap pintu candi Borobudur juga dijaga arca singa, secara keseluruhan arca singa ada 32 buah.

4. Kunto Bimo
Kunto Bimo terletak pada tingkat arypadhatu lantai petama sebelah kanan dari tangga pintu timur. Konon menurut cerita, dahulu ada seorang raja yang ingin bertemu dengan seorang ksatria. Kemudian Sang Raja menyentuh Kunto Bimi, selanjutnya Raja tersebut dapat menemukan Ksatria dimaksud beberapa menit kemudian. Dari cerita tersebut kemudian sebagian masyarakat mempercayai patung tersebut bertuah, dapat mengabulkan keinginan setiap peziarah apabila dapat menyentuh Kunto Bimo. Namun semuanya dikembalikan kepada keyakinan kita.

5. Stupa
Stupa terdapat dua macam yaitu stupa indik dan stupa berlubang.


Stupa Induk :
Stupa induk brukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain terletak dipuncak sebagi mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur . Stupa induk ini mempunyai garis tengah 9,90 m dan tinggi stupa sampai bagian bawah pinakel 7 m.
Diatas puncak dahulunya diberi payung (chatra) bertingkat tiga (sekarang tidak ada lagi). Stupa induk ini tertutup rapat, sehingga orang tidak bisa melihat bagian dalamnya. Didalamnya terdapat ruang yang sekarang tidak berisi.

Stupa Berlubang :
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang terdapat pada teras bundar I, II, III dimana didalamnya ada 72 buah yang terinci menjadi :
• Teras Bundar Pertama : 32 Stupa Berlubang
• Teras Bundar Kedua : 24 Stupa Berlubang
• Teras Bundar Ketiga : 16 Stupa Berlubang
Jumlah Seluruhnya : 72 Stupa Berlubang
Disamping stupa induk dan stupa berlubang masih ada stupa-stupa kecil yang bentuknya sama dengan stupa yang lain, hanya saja stupa ini seolah-olah merupak hiasan dari seluruh bangunan yang ada. Stupa-stupa kecil ini menempati puncak dari relung-relung pada langkah II sampai langkah V, sedangkan langkah I sebagai berupa keben dan sebagai berupa stupa kecil yang jumlahnya 1472 buah.

6. Relief
Candi Borobudur tidak saja menunjukkan kemegahan arsitekturnya tetapi juga mempunyai relief yang sangat menarik. Relief cerita yang dipatahkan pada candi itu sangat lengkap dan panjang yang tidak pernah ditemui ditempat lain di dunia bahkan India sekalipun.
Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang jika diukur memnjang mencapai 2.500 m. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam yaitu :
• Relief Cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah.
• Relief Hiasan, yang hanya merupak hiasan pengisi bidang.


Agar dapat menyimak ceritera dalam relief secara berurutan dianjurjan
memasuki candi melalui pintu sebelah timur dan pada tiap tingkatan berputar ke kiri dan meninggalkan candi di sebelah kanan. Relief cerita pada Candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita yaitu :
1. Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup.
2. Lalita Wistara, terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong 1 bagian atas.
3. Jakat dan Awadana, terdiri 720 panel, dipahatkan pada lorong 1 bagian bawah, balustrade lorong 1 atas dan bawah, dan balustrade II.
4. Gandawyuda, terdiri 460 panel, dipahtkan pada dinding lorong II dan Lorong III, balustrade III dan IV serta bhadraceri dinding lorong IV.


BALI

Setelah meninggalkan tempat wisata Candi Borobudur, kami pun melanjudkan perjalanan menuju Pulau Dewata. Untuk menuju Pulau Dewata kami harus menyebrang lautan. Kami pun menyebrang dari Ketapang-Gilimanuk. Tapi penyebrangan Ketapang-Gilimanuk berbeda halnya dengan kita menyebrang dari Bakauheni-Merak. Bila di Ketapang-Gilimanuk para penumpang harus turun dari kendaraan pada saat kendaraan ingin dimasukkan kedalam kapal sedangkan di Bakauheni-Merak tidak seperti itu. Mengapa demikian? Karena kapal Veri yang digunakan di Ketapang-Gilimanuk lebih kecil dibandingkan dengan kapal yang ada di Bakauheni-Merak. Selain itu lama penyebrangan pun tidak selama apabila kita menyebrang Bakauheni-Merak.

TANAH LOT
Setibanya di Pulau Dewata kami langsung menuju Tanah Lot. Tanah Lot adalah pantai yang indah dan disana pun terdapat bangunan-bangunan suci bagi umat Hindu. Maka dari itu bagi wanita yang sedang mengalami mentsturasi tidak diperkenankan untuk masuk pada tempat sucinya.
Sungguh menabjubkan bentangan pantainya begitu indah. Mungkin hal itu yang menyebabkan banyak turis yang datang. Selain itu bangunan-bangunan sucinya begitu megah. Pantas saja banyak sekali yang mengabadikan foto ditempat wisata ini. Kami pun tak ingin kalah dengan para turis.

BERSAMBUNG..

0 Comments: